Minggu, 04 September 2011

KARDIOVASKULER PADA WANITA HAMIL


Kehamilan akan menimbulkan perubahan pada sistem kardiovaskuler. Wanita dengan penyakit kardiovaskuler dan menjadi hamil, akan terjadi pengaruh timbal balik yang dapat merugikan kesempatan hidup wanita tersebut. 

  
PENYAKIT JANTUNG
Pada kehamilan dengan jantung normal, wanita dapat menyesuaikan kerjanya terhadap perubahan-perubahan secara fisiologis. Perubahan tersebut disebabkan oleh :

1. Hipervolemia: dimulai sejak kehamilan 8 minggu dan mencapai puncaknya pada 28-32 minggu lalu menetap
2. Jantung dan diafragma terdorong ke atas oleh karena pembesaran rahim.

Dalam kehamilan :
·        Denyut jantung dan nadi: meningkat
·        Pukulan jantung: meningkat
·        Tekanan darah: menurun sedikit.
Maka dapat dipahami bahwa kehamilan dapat memperbesar penyakit jantung bahkan dapat menyebabkan payah jantung (dekompensasi kordis).
Frekuensi penyakit jantung dalam kehamilan berkisar antara 1-4%. Penyakit yang paling banyak dijumpai adalah penyakit hipertensi, tirotoksikosis, dan anemia.

1. Pengaruh kehamilan terhadap penyakit jantung
 Saat-saat yang berbahaya bagi penderita adalah :
-     Pada kehamilan 32-36 minggu, dimana volume darah mencapai puncaknya (hipervolumia).
-     Pada kala II, dimana wanita mengerahkan tenaga untuk mengedan dan memerlukan kerja jantung yang berat.
-     Pada Pasca persalinan, dimana darah dari ruang intervilus plasenta yang sudah lahir, sekarang masuk ke dalam sirkulasi darah ibu.
-     Pada masa nifas, karena ada kemungkinan infeksi.

2. Pengaruh penyakit jantung terhadap kehamilan :
-     Dapat terjadi abortus.
-     Prematuritas: lahir tidak cukup bulan.
-     Dismaturitas, lahir cukup bulan namun dengan berat badan lahir rendah.
-     Lahir dengan Apgar rendah atau lahir mati.
-     Kematian janin dalam rahim (KJDR).



Klasifikasi penyakit jantung dalam kehamilan :

Kelas I
- Tanpa pembatasan kegiatan fisik
- Tanpa gejala pada kegiatan biasa

Kelas II
- Sedikit dibatasi kegiatan fisiknya
- Waktu istirahat tidak ada keluhan
- Kegiatan fisik biasa menimbulkan gejala insufisiensi jantung
- Gejalanya adalah lelah, palpitasi, sesak nafas, dan nyeri dada (angina pektoris).

Kelas III
Kegiatan fisik sangat dibatasi
Waktu istirahat tidak ada keluhan
Sedikit kegiatan fisik menimbulkan keluhan insufisiensi jantung.

Kelas IV
Waktu istirahat dapat timbul keluhan insufisiensi jantung, apalagi kerja fisik yang tidak berat.

Kira-kira 80% penderita adalah kelas I dan II serta kehamilan dapat meningkatkan kelas tersebut menjadi II, III atau IV. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi adalah umur, anemia, adanya aritmia jantung dan hipertrofi ventrikuler, dan pernah sakit jantung.


Diagnosis
1. Anamnesis :
-     Pernah sakit jantung dan berobat pada dokter untuk penyakitnya
-     Pernah demam rematik.

2. Pemeriksaan: auskultasi/palpasi
Empat kriteria (Burwell & Metcalfe) :
-     Adanya bising diastolik, presistolik, atau bising terus-menerus.
-     Pembesaran jantung yang jelas.
-     Adanya bising jantung yang nyaring disertai thrill.
-     Aritmia yang berat.

3. Pemeriksaan elektrokandiogram (EKG)
Keluhan dan gejala: mudah lelah, dispnea, palipitasi kordis, nadi tidak teratur, edema/pulmonal, dan sianosis. Hal ini dapat dikenal dengan mudah.

Penanganan
1. Dalam Kehamilan
-     Memberikan pengertian kepada ibu hamil untuk melaksanakan pengawasan antenatal yang teratur.
-     Kerjasama dengan ahli penyakit dalam atau kardiolog.
-     Pencegahan terhadap kenaikan berat badan dan retensi air yang berlebihan. Jika terdapat anemia, harus diobati.
-     Timbulnya hipertensi atau hipotensi akan memberatkan kerja jantung, hal ini harus diobati.
-     Bila terjadi keluhan yang agak berat, seperti sesak napas, infeksi saluran pernapasan, dan sianosis, penderita harus dirawat di rumah sakit.
-     Skema kunjungan antenatal: setiap 2 minggu menjelang kehamilan 28 minggu dan 1 kali seminggu setelahnya.
-     Harus cukup istirahat, cukup tidur, diet rendah garam, dan pembatasan jumlah cairan.
-     Pengobatan khusus bergantung pada kelas penyakit :
F Kelas I     :     Tidak memerlukan pengobatan tambahan.
F Kelas II    :    Biasanya tidak memerlukan terapi tambahan. Mengurangi kerja fisik terutama antara kehamilan 28-36 minggu.
F Kelas III   :    Memerlukan digitalisasi atau obat lainnya. Sebaiknya dirawat di rumah sakit sejak kehamilan 28-30 minggu.
F Kelas IV    :    Harus dirawat di rumah sakit dan diberikan pengobatan, bekerjasama dengan kardiolog.

2. Dalam Persalinan 
Penderita kelas I dan kelas II biasanya dapat meneruskan kehamilan dan bersalin per vaginam, namun dengan pengawasan yang baik serta kerjasama dengan ahli penyakit dalam.
-     Bila ada tanda-tanda payah jantung (dekompensasi kordis) diobati dengan digitalis. Memberikan sedilanid dosis awal 0,8 mg dan ditambah sampai dosis 1,2-1,6 mg intravena secara perlahan-lahan. Jika perlu, dapat diulang 1-2 kali dalam dua jam. Di kamar bersalin harus tersedia tabung berisi oksigen, morfin, dan suntikan diuretikum.
-     Kala II yaitu kala yang kritis bagi penderita. Bila tidak timbul tanda-tanda payah jantung, persalinan dapat ditunggu, diawasi dan ditolong secara spontan. Dalam 20-30 menit, bila janin belum lahir, kala II segera diperpendek dengan ekstraksi vakum atau forseps. Kalau sosio sesarea dengan lokal anestesi/lumbal/kaudal di bawah pengawasan beberapa ahli multidisiplin.
-     Untuk menghilangkan rasa sakit boleh diberikan obat analgesik seperti petidin dan lain-lain. Jangan diberikan barbiturat (luminal) atau morfin bila ditaksir bayi akan lahir dalam beberapa jam.
-     Kala II biasanya berjalan seperti biasa. Pemberian ergometrin dengan hati-hati, biasanya sintometrin intramuskuler adalah aman.

3. Dalam pasca persalinan dan nifas
-     Setelah bayi lahir, pederita dapat tiba-tiba jatuh kolaps, yang disebabkan darah tiba-tiba membajiri tubuh ibu sehingga kerja jantung menjadi sangat bertambah. Perdarahan merupakan komplikasi yang cukup berbahaya.
-     Karena itu penderita harus tetap diawasi dan dirawat sekurang-kurangnya 2 minggu setelah bersalin.


4. Penanganan secara umum
-     Penderita kala III dan IV tidak boleh hamil karena kehamilan sangat membahayakan jiwanya.
-     Bila hamil, sedini mungkin abortus buatan medikalis.
-     Pada kasus tertentu tubektomi.
-     Bila tidak mau sterilisasi, dianjurkan memakai kontrasepsi yang baik adalah IUD (AKDR).

5. Masa laktasi
-     Laktasi diperbolehkan pada wanita dengan penyakit jantung kelas I dan II yang sanggup melakukan kerja fisik.
-     Laktasi dilarang pada wanita dengan penyakit jantung kelas III dan IV.

Prognosis
1. Bagi ibu
-     Bergantung pada beratnya penyakit, umur dan penyulit-penyulit lain. Pengawasan pengobatan, pimpinan persalinan, dan kerjasama dengan penderita serta kepatuhan dalam mentaati larangan, ikut menentukan prognosis.
Angka kematian maternal secara keseluruhan  : 1-5%
Angka kematian maternal bagi penderita berat     : 15%

2. Bagi bayi
a. Bila penyakit jantung tidak terlalu berat, tidak begitu mempengaruhi kematian perinatal.
b. Namun pada penyakit yang berat, prognosis akan buruk karena akan terjadi gawat janin.

HIPERTENSI
Berarti hipertensi sebelum hamil, disebut juga sebagai pre-eklamsi tidak murni. Superimposed pre-eklamsi bila disertai dengan proteinuria dan edema.

Penyebab utama :
1. Hipertensi esensial
2. Penyakit ginjal 

Hipertensi Esensial
Mungkin disebabkan oleh faktor heriditer serta dipengaruhi oleh faktor emosi dan lingkungan. Wanita hamil dengan hipertensi tidak menunjukkan gejala-gejala lain kecuali hipertensi. Yang paling banyak tekanan darah sekitar 140/90 sampai 160/100. Jarang berubah menjadi ganas secara mendadak hingga 200 mmHg atau lebih. 

a. Kehamilan dengan hipertensi esensial akan berlangsung normal sampai aterme.
b. Pada kehamilan setelah 30 minggu, 30% dari wanita hamil akan menunjukkan kenaikan tenanan darahnya namun tanpa gejala.
c. Kira-kira 20% dari wanita hamil akan menunjukkan kenaikan tekanan darah yang mencolok, bisa disertai proteinuria dan edema (pre-eklamsi tidak murni) dengan keluhan: sakit kepala, nyeri epigastrium, oyong, mual, muntah dan gangguan penglihatan (visus).
Hipertensi esensial dijumpai pada 1-3% dari seluruh kehamilan. Lebih sering dijumpai pada multipara berusia lanjut dan kira-kira 20% dari kasus toksemia gravidarum.

Penanganan
1. Dalam Kehamilan
-     Antenatal teratur dikonsultasikan kepada ahli.
-     Cukup istirahat, menjauhi emosi, jangan bekerja terlalu berat.
-     Penambahan berat badan yang agresif harus dicegah.
-     Pengawasan terhadap janin harus lebih teliti, di samping pemeriksaan biasa, elektrokardiografi fetal, ukuran biparietal (USG), penentuan kadar estriol, amnioskopi, pH darah janin, dan sebagainya.

Pemberian obat-obatan :
a. Anti-hiperetensif: serpasil, katapres, minipres, dan sebagainya.
b. Obat penenang: fenobarbital, valium, frisium ativan, dan sebagainya.
Pengakhiran kehamilan baik yang muda maupun yang sudah cukup bulan harus dipikirkan bila ada tanda-tanda hipertensi ganas (tekanan darah 200/120 atau pre-eklamsi berat), apalagi bila janin telah meninggal dalam kandungan.

2. Dalam Persalinan
-     Kala I akan berlangsung tanpa gangguan.
-     Kala II memerlukan pengawasan yang cermat dan teliti. Kala II diperpendek dengan melakukan ekstraksi vakum atau forseps.
-     Primitua dengan anak hidup dilakukan segera seksio sesarea primer.

Prognosis
1. Prognosis untuk ibu kurang baik. Angka kematian ibu kira-kira 1-2%.
2. Prognosis bagi janin juga kurang baik, karena adanya insufisiensi plasenta, solusio plasenta. Angka kematian bayi: 20%.

Nasihat
1. Kontrasepsi, bila jumlah anak belum cukup.
2. Bila jumlah anak sudah cukup umur, tubektomi.

Penyakit Ginjal Hipertensif
-   Glomerulonefritis akut dan kronik.
-   Pielonefritis akut dan kronik.
Frekuensi :
-   1 %
-   Patologi-anatomis kira-kira 15%.

Pemeriksaan :
1. Pemeriksaan urin lengkap dan faal ginjal
2. Pemeriksaan retina (fundoskopi)
3. Pemeriksaan umum: tekanan darah, nadi
4. Pemeriksaan kuantitatif albumin air kencing (urin)
5. Pemeriksaan darah lengkap: ureum darah dan lain-lain.

Penanganan :
1. Pemeriksaan antenatal bekerjasama dengan ahli nefrologi.
2. Keadaan ibu dan pertumbuhan janin harus diawasi.
3. Berat tidaknya penyakit dan perlu tidaknya pengakhiran kehamilan adalah atas indikasi dan pembicaraan beberapa disiplin ilmu yaitu kebidanan, penyakit dalam dan ilmu kesehatan anak. 
  

Inilah sedikit catatan kecil yang saya dapat dari pembelajaran yang diberikan oleh dosen obstetri aku yang galak dan hebat yaitu dr. Alfian, Sp.OG
Semoga ilmu ini bermanfaat untuk para pembaca yang membutuhkan terutama pada bagian kesehatan dan ilmu tambahan bagi orang awam. 


*E N D*


Fransisca Bintang Theresia Nainggolan 

0 komentar:


Kaskus

Only


:ilovekaskus

:iloveindonesia

:kiss

:maho


:najis

:nosara

:marah


:berduka


:malu:

:ngakak

:repost:

:repost2:


:sup2:

:cendolbig

:batabig

:recsel



:takut

:ngacir2:

:shakehand2:

:bingung


:cekpm

:cd

:hammer

:peluk



:toast

:hoax:

:cystg

:dp


:selamat

:thumbup

:2thumbup

:angel


:matabelo


:mewek:

:request

:babyboy:


:babyboy1:

:babymaho

:babyboy2:

:babygirl


:sorry


:kr:

:travel

:nohope


:kimpoi

:ngacir:

:ultah

:salahkamar


:rate5

:cool


:bola


by Pakto


:mewek2:

:rate-5

:supermaho

:4L4Y


:hoax2:


:nyimak

:hotrit

:sungkem


:cektkp

:hope

:Pertamax

:thxmomod


:laper


:siul

:2malu:

:ngintip


:hny

:cendolnya


by misterdarvus


:maintenis:


:maintenis2:

:soccer

:devil


:kr2:

:sunny

Posting Komentar